Rabu, 05 Juni 2013

WAKTU YANG BERPUTAR



 
Alkisah, ada seorang pelajar di sebuah desa kecil yang memiliki cita-cita sebagai pegawai pemerintah. Demi mewujudkan cita-citanya, ia berangkat ke ibu kota karena akan menempuh ujian negara. Di sela perjalanan yang jauh dan melelahkan, si pelajar berhenti sejenak melepaskan lelah. Ditengah waktu istirahat, saking lelahnya, iapun terbawa lamunan. Tiba-tiba muncullah perasaan was-was terhadap kemampuan dirinya. Tapi, ia juga membayangkan seandainya bisa diterima sebagai pegawai pemerintah. Di tengah keasyikannya melamun, seorang kakek datang menghampirinya seraya menyapa, “hai anak muda. Engkau tampak bukan orang sini, hendak ke mana?”
           “ saya hendak ke ibukota kek, mengikuti ujian negara.”
“ kakek perhatikan dari tadi, apa yang kamu lamunkan?”
“ah bukan apa-apa kek. Hanya saja saya ingin sekali bekerja  di pemerintahan. Cuma, saya takut tidak diterima.”
Tak lama, perbincangan mereka pun makin seru. Setelah bertukar pikiran, tiba-tiba si kakek mengeluarkan suatu benda dari sakunya. Lantas,diberikannya benda itu kepada sipelajar sambil berkata,”Mungkin ini yang kau butuhkan nak!!”
“Hah, sebuah gasing? Bagaimana sebuah gasing dapat mewujutkan cita-cita saya, kek? Tanya sipemuda keheranan.
Sang kakek menjawab,”Nak, ini adalah gasing waktu,  jika kamu memutar gasing ini ke kanan, maka kamu akan sampai ke masa depan pada saat dan keadan yang kamu inginkan dan sebaliknya.” Setelah si pelajar itu menerima gasing, si kakek segera berlalu.
Merasa aneh, sipelajar segera mencoba kebenaran ucapan sang kakek. Sambil membayangkan keberhasilan dirinya lulus ujian negara, ia memutar gasing ke kanan. Tiba-tiba, si pelajar mendapati dirinya berada di depan papan pengumuman ujian negara dan namanya tercantum pada pengumuman kelulusan. Sipelajar sangat bergembira. Namun, kegembiraannya tidak bertahan lama. Muncul perasaan tidak sabar untuk segera bisa bekerja di pemerintahan. Maka, ia pun kembali memutar gasingnya ke kanan. Dalam sekejap, si pelajar sudah berada pada pekerjaannya  di kantor pemerintahan.
Sayang, kenikmatan sebagai pegawai pemerintahan ternyata juga tidak bertahan lama. Timbul keinginan yang lebih, yakni ia ingin menjadi pejabat tinggi pemerintah. Maka ia pun segera memutar kembali gasingnya. Saat itu juga, ia berada pada posisi yang diinginkannya. Karena keenakan, memutar gasing untuk mempercepat waktu dan menghindari kesulitan  dalam mencapai cita-cita kini menjadi kebiasaan si pelajar.
Secepat gasing berputar, si pemuda pun tanpa terasa berubah menjai tua dan menjelang ajal. Ada penyesalan dalam dirinya, “Betapa singkatnya dan hambarnya kehidupanku. Alangkah baiknya jika putaran gasing ini dapat mengembalikan aku pada masa lalu.” Dalam kondisi putus asa, sang pelajar memutar gasing itu ke kiri. Tiba-tiba, dia pun terbangun dari tidurnya. Ternyata, semua peristiwa tai hanyalah mimpi belaka.
Sejenak, si pelajar merasa senang dan bersyukur bahwa semua itu hanya mimpi. Dia pun berjanji pada dirinya sendiri, akan tetap berusaha dan menikmati setiap proses perjuangan untuk mencapai apa yang menjadi cita-citanya.

Pembaca yang bahagia,
Di dalam hidup ini, tidak ada jalan pintas untuk sukses sejati. Kalaupun ada, pasti ada”harga” lain yang harus dibayar untuk itu. Sayangnya, kita seringkali kurang dipenuhi keinginan mencapai sukses secara singkat, maka langkah yang kita ambil bisa cenderung negatif. Bisa menghalalkan semua cara, melanggar hukum, bahkan tega mencelakai siapapun yang mencoba menghalanginnya demi memperoleh sukses secara instan. Untuk apa mengejar “sukses dengan jalan pintas” kalau hanya penyesalan yang didapat dan tidak akan bisa menjadi manusia  tangguh dalam menghadapi  segala ujian dan cobaan.
Sesungguhnya kenikmatan kesuksesan justru berada pada nilai proses perjuangan yang kita lakukan dan kemampuan kita mengatasi setiap halangan yang menghadang! Tapi perlu diingat, bahwa untuk meraih setiap kesuksesan kita harus  membayar “harga”, yakni siap bersusah payah dahulu siap belajar dan menghadapi setiap kesulitan yang datang dengan tetap memegang teguh moral dan etika sebagai landasan. Dan sekaligus mampu memperjuangkan dengan penuh  semangat, pantang menyerah, demi terwujutnya kesuksesan yang kita harapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar